.
PRA PRODUKSI
II. PRODUKSI
III. POST PRODUKSI
IV. SCREENING
I. PRA PRODUKSI
Yang dimaksud dengan Pra Produksi adalah semua kegiatan awal
menjelang proses Shooting (Produksi) dilakukan.
Biasanya kegiatan ini berupa 7 jenis:
1. Penentuan ide dasar film/video yang hendak dibuat.
2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
3. Pembuatan script atau naskah.(WAJIB)
4. Merancang design produksi, story board (jika diperlukan)
5. Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi.
6. Penyusunan budget anggaran.
7. Pembentukan tim kreatif dan tim Produksi.
1. Penentuan ide dasar film-video yang hendak dibuat
Semuanya berawal dari sini. Harus jelas apa yang ingin disampaikan.
Atau dengan kata lain : membuat film / video untuk apa dan siapa?
Pilihlah ide yang simple alias sederhana saja.
Ingat, orang jenius adalah orang yang mampu menyederhanakan sesuatu
hal yang rumit. Kalau membuat sederhana jadi tambah ruwet, itu sudah
banyak dilakukan orang-orang yang sok pintar.
Kejelasan ide sangat membantu fokus sebuah penyampaian film.
Wajah sebuah Desa sekecil apapun, memiliki puluhan bahkan ratusan
elemen kompleks yang cuma akan memperumit paparan dalam film.
Jangankan sebuah Desa, dalam sebuah keluarga saja, dibutuhkan waktu
berjam-jam bahkan berhari-hari jika untuk mendeskripsikan semua elemen
masing-masing anggota keluarga.
Oleh karena itu, sekali lagi: Make it simple! (PILIH YANG PENTING SAJA)
2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
Setelah dari berbagai input, masukan dan kontribusi pikiran dari berbagai
pihak terkait / perangkat desa, cobalah membuat semacam draft yang bisa
menyederhanakan pesan apa yang harus muncul dalam film nantinya.
Cara yang paling gampang:
Dari setiap project, carilah satu atau dua orang yang dianggap ‘Punya
Hajat’ atau Person in charge alias PRODUSER yang membiayai sebuah
project. Biasanya orang ini punya jabatan tertinggi atau menjadi opinion
leader bagi anggota masyarakat yang lain.
Keuntungan jika kamu mengikuti pola pikir bahkan taste atau selera
Tokoh ini, maka karya film kamu biasanya otomatis dianggap layak dan
mewakili semua orang yang dipimpinnya.
Cara yang lain, adalah mendengarkan, kalau perlu mencatat, setiap
input yang disampaikan oleh perangkat desa selain tokoh tersebut. Ini saya
sebut sebagai sikap yang akomodatif dan berpeluang menjadikan karya
film dokumenter menjadi karya yang obyektif. Karena bisa menampung
banyak pesan sekaligus opini yang ingin diselipkan dalam film.
Setelah itu barulah riset data, interview, observasi lapangan dll. Biasanya
akan lebih efektif dan efisien, karena kamu akan melakukan riset pada
HAL-HAL PENTING YANG SUDAH DISEPAKATI BERSAMA.
TIPS: STAY FOCUS!
Jika di lapangan, atau saat riset kamu menemukan banyak hal baru dan
menarik, segera lupakan. Buang, tinggalkan selama semua itu tidak ada
kaitannya dengan keperluan riset film saat itu.
3. Pembuatan script atau naskah
Sebelum membuat script atau naskah, sering saya menyusun draft
pertanyaan untuk memancing proses penulisan.
Contoh:
Misalkan ada project pembuatan profile sebuah Desa.
Segera susun draft berupa pertanyaan-pertanyaan dasar :
1. Apa yang menarik, unik-khas-berbeda, potensial, dari desa tsb.?
– Apakah kondisi geografisnya? Bentuk arsitektur rumah, bahan
material yang digunakan sebagai rumah?
– Kesenian, adat yang unik, kebiasaan warga ?
– Potensi yang dimiliki desa? Sumber daya alam yang melimpah?
Sumber daya manusia yang terampil dan kreatif? Kurukunan antar
umat beragama? Aktivitas PKK, Pengajian, Remaja Masjid,
Karang Taruna yang menonjol?
2. Untuk siapa film ini nantinya ditayangkan? Untuk warga desa
setempat ataukah akan juga disebar ke desa-desa lain?
Dalam menyusun narasi atau naskah, Perhatikan faktor
usia dan pendidikan penonton.
Jika anak kecil hingga manula, sarjana maupun yang tidak tamat SD
ikut nonton film ini, maka pesan baik verbal (naskah/narasi) maupun
non verbal (video/foto) hendaknya dibuat selugas mungkin.
Hindari penggunaan kalimat yang terlalu sastra atau kalimat yang
bersifat data-data mentah yang belum dintepretasikan dalam bahasa
tutur yang mudah dimengerti.
Penonton akan bosan dan akhirnya ramai sendiri jika pesan film
sama sekali tak mereka mengerti.
Gunakan bahasa Indonesia yang lugas, sederhana dan mudah
dimengerti. Gunakan gambar / video yang Indah, Beauty, dan
konvensional.
3. Salah satu hal terpenting untuk diingat saat menulis sebuah narasi
adalah : JANGAN HANYA MENDESKRIPSIKAN APA YANG TELAH TERLIHAT PADA LAYAR.
Ini yang disebut dengan Double Information.
Contoh:
jika di layar terlihat Pak Lurah memotong tumpeng,
hindarkan untuk membuat narasi:
“Ini adalah Pak Lurah sedang memotong tumpeng..”
Narasi ini tidak ada gunanya karena penonton sudah melihat sendiri
apa yang sedang dilakukan pak Lurah. Akan lebih menarik jika
menyampaikan seperti:
“Sebagai acara puncak Peresmian Balai desa, seluruh warga
Desa melepas rasa syukur dengan memotong tumpeng yang diwakili
oleh Pak Lurah..”
Selalulah mencoba untuk mengatakan cerita melalui narasi, jangan
sekadar menyampaikan rangkaian fakta. Jelaskan sesuatu yang
berkaitan dari apa yang terlihat pada layar dan apa yang tidak.
TIPS MENYUSUN NARASI:
1. HINDARKAN MENYAMPAIKAN DATA-DATA STATISTIK YANG
KAKU SEBAGAI NARASI.
2. KUMPULKAN SEMUA INFORMASI TENTANG SUBYEK, OBYEK
YANG AKAN DISAMPAIKAN. NAMUN JANGAN HANYA
MENGGUNAKAN APA YANG ANDA PIKIR MENARIK. SELALU
YAKINLAH BAHWA YANG ANDA SAMPAIKAN ADALAH BENAR.
TAK ADA YANG YANG LEBIH BURUK DARIPADA
MENYAMPAIKAN INFORMASI YANG SALAH PADA VIDEO
ANDA.
3. ANDA BOLEH MENGUTIP KALIMAT-KALIMAT DALAM BROSUR
PARIWISATA, TEMUKAN APA YANG AKAN MENARIK
PENONTON, NAMUN USAHAKAN ANDA OLAH DENGAN GAYA
KALIMAT ANDA SENDIRI.
4. JIKA TERPAKSA MENGGUNAKAN INFORMASI STATISTIK,
ANDA HARUS MENULIS ULANG DENGAN KALIMAT YANG
TERASA ENAK UNTUK DIBACAKAN.
5. BACA DENGAN KERAS DRAFT NARASI ANDA. RANGKAIAN
KALIMAT YANG ANDA SUSUN MUNGKIN SUDAH BENAR, TAPI
BELUM TENTU ENAK KETIKA DIBACAKAN.
6. JANGAN TERPAKU UNTUK MENGUCAPKAN KALIMAT ATAU
KATA YANG SESUAI DENGAN APA YANG DIGAMBARKAN
OLEH SEBUAH DATA. SEDERHANAKANLAH. KATA-KATA
SEDERHANA LEBIH MEMBERI DAMPAK YANG KUAT KEPADA
PENONTON.
7. JANGAN TERLALU MEMIKIRKAN KALIMAT BAKU. BAHASA
TUTUR AKAN MENJADI LEBIH ENAK DIGUNAKAN.
8. UPAYAKAN UNTUK TIDAK MEMBERIKAN KOMENTAR YANG
BERTELE-TELE. SECUKUPNYA SAJA. BIARKAN GAMBARGAMBAR
ANDA LEBIH BANYAK MENYAMPAIKAN CERITA.
9. NARASI HARUS MENGISI RUANG-RUANG KOSONG DALAM
VIDEO. JANGAN MENYISIPKAN NARASI PADA BAGIAN VIDEO
YANG SANGAT MENARIK.
Untuk item-item Merancang design produksi, story board,
Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi,
Penyusunan budget anggaran, dan Pembentukan tim kreatif dan
tim Produksi insyaAllah akan saya sampaikan pada Workshop berikutnya.
II. PRODUKSI
Yang dimaksud dengan tahap Produksi adalah saat pelaksanaan
shooting. Secara singkat, saya hanya mengingatkan :
01. Siapkan kaset (TAPE STOCK) sesuai rasio durasi film yang
diinginkan. Untuk durasi 10 menit, setidaknya butuh 2 kaset
berdurasi 60 menit.
02. Set atau atur posisi record pada mode SP.
03. Biasakan setting manual karena lebih menghemat baterei.
04. Usahakan membawa baterei lebih dari 1, jika tidak, jangan lupa
selalu membawa adaptor dan kabel panjang yang ready jika
sewaktu-waktu baterei habis.
05. Jika diperlukan, buatlah reflektor dari polyfoam . lembaran gabus
dengan ketebalan minimal 2 centimeter dengan ukuran minimal 1
X 1 meter.
06. Jika harus shooting pada malam hari, gunakan lampu sebanyak
mungkin. Tidak harus lampu khusus shooting video. Saya sering
mengakali ‘kurangnya cahaya’ pada waktu shooting malam
dengan bantuan petromax, lampu-lampu neon yang sengaja
dibikin portable, bahkan senter, lilin, lampu sepeda motor dan
lampu templek.
07. Gunakan tripot yang mulus pergerakan panning dan tilt nya.
08. Aktifkan fitur STEADY SHOT jika Kamera video yang anda
gunakan menyediakan fasilitas itu.
09. Handheld gunakan 30 % dari total durasi 2 kaset, yang lain saya
sarankan memakai tripot atau apapun agar gambar terekam
dengan stabil dan tenang.
10. Selalu ingat teori 3 Shot dasar: Master (established shot / Long
shot), Cover 1 (Medium Shot). Cover 2 (Close up) untuk setiap
obyek yang direkam.
11. Perhatikan headroom (ruang atas obyek) jangan sampai terlalu
rendah atau bahkan memotong bagian kepala orang yang sedang
di shooting.
12. Fungsikan dengan benar SUDUT-SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Berikut Makna-Makna Shots primer yang WAJIB dipahami :
– EYE LEVEL (Efek kedekatan, akrab, terlibat)
– HIGH ANGLE (efek membantu penonton memahami dengan jelas
geografi sebuah tempat, secara psikologis: mengurangi tinggi
superioritas dari sebuah obyek. dengan angle ini penonton akan
merasa lebih superior dibanding dengan subyek yang terlihat
dalam gambar. untuk obyek yang bergerak cepat, high angle
memberi kesan obyek lebih lambat dari sesungguhnya.)
– LOW ANGLE (Merangsang rasa kagum, membangkitkan gairah,
meningkatkan ketinggian dan kecepatan subyek, mengurangi latar
muka (foreground) atau latar belakang (background) yang tidak
anda sukai, mendistorsi garis-garis komposisi guna menciptakan
perspektif yang lebih kuat, membuat efek dramatis, lebih
berwibawa, lebih dominan, lebih gagah)
– DUTCH ANGLE (Adalah angle dengan kemiringan gila-gilaan,
dengan poros vertikal dari kamera yang membentuk sudut
terhadap poros vertikal dari subyek. Ini menghasilkan kemiringan
pada gambar di layar, hingga membentuk lereng diagonal di luar
keseimbangan. Efek kengerian, kekerasan, tidak stabil, efek-efek
impresionistik, cocok untuk jenis angle ini. Memperlihatkan sebuah
malapetaka, gempa atau kondisi emosi yang tidak rasional layak
menggunakan tipe angle ini.Shot-shot yang banyak menggunakan
dutch angle adalah shot yang membutuhkan dinamika
penggambaran dari sejumlah besar action dalam waktu yang
singkat. Berguna sebagai sisipan dalam proses editing.
– Jika menggunakan angle ini jangan memiringkan kamera hanya
sedikit dari levelnya, karena akan mengesankan ketidaksengajaan
atau anda dianggap amatiran. Juga jangan terlalu miring sehingga
berkesan anda seolah hendak menumpahkan semua isi gambar.
13. EKSPLORASI GERAKAN KAMERA AGAR GAMBAR LEBIH
DINAMIS :
– PAN
– TILT
– TRACK
– ZOOM
14. TIPS SEBELUM SHOOTING:
– PUTAR FAST FORWARD KEMUDIAN REWIND KASET YANG
MASIH BARU. USAHAKAN DENGAN REWINDER.
– PASTIKAN HEAD VIDEO CAMCORDER DALAM KEADAAN
BERSIH. GUNAKAN CLEANING HEAD KHUSUS UNTUK
MEMBERSIHKANNYA.
– PASTIKAN BATEREI TELAH DI CHARGE PENUH, JIKA PERLU
SIAPKAN BATEREI CADANGAN.
– SIAPKAN EXTERNAL MIC PLUS KABEL JIKA DIPERLUKAN.
15. TIPS SAAT SHOOTING:
– UNTUK MENGHEMAT MENGGUNAKAN BATEREI, TOMBOL
POWER ON/OFF GUNAKAN SAAT AWAL ATAU SELESAI
SHOOTING. JIKA INGIN ISTIRAHAT SEBENTAR, CUKUP
MENGGUNAKAN TOMBOL LOCK/STAND BY.
– SEBELUM BERPINDAH OBYEK/SUBYEK, PASTIKAN AUDIO
DAN VIDEO YANG BARUSAN ANDA REKAM BENAR-BENAR
TEREKAM DAN TERSIMPAN DALAM KASET. REWIND
SEBENTAR LALU PLAYBACK.
– SAAT PERPINDAHAN KASET, BIASAKANLAH MEMBERI LABEL
PADA KASET SESUAI DESKRIPSI ISI KASET.
– PINDAHKAN TUAS DI POJOK KASET DARI POSISI REC KE
POSISI SAVE, AGAR HASIL SHOOTING TERHINDAR DARI
KECELAKAAN TERTIMPA REKAMAN BARU SECARA TAK
SENGAJA.
– JIKA DI LOKASI RAWAN AIR/ HUJAN, SIAPKAN SELALU
TRASH BAG, PLASTIK UNTUK MELINDUNGI CAMCORDER
DAN EQUIPMENT LAINNYA.
– BAWALAH AIR PUTIH SEBANYAK-BANYAKNYA.
V. POST PRODUKSI
Mengingat cukup rumit dan banyak hal teknis yang akan
dijelaskan di tahapan ini. Saya akan menjelaskan di kesempatan
lain.
Namun demikian, saya harus menyampaikan setidaknya dua hal
penting :
1. Mata manusia baru bisa mengenali obyek dengan baik
setidaknya untuk setiap 10 detik. Karenanya usahakan materi
shot-shot yang mendeskripsikan sebuah obyek/subyek
setidaknya tidak kurang dari 10 detik, baru berpindah shot ke
obyek lain.
2. Durasi video Dokumenter yang ideal adalah tidak lebih dari 10
menit. Ini adalah merujuk hasil riset bahwa jarang manusia atau
penonton yang bertahan menonton satu topik lebih dari 10
menit. Karena selain secara fisik mata akan mengalami
kelelahan dan bathin mengalami kebosanan. Jika ada
pertimbangan lain, silahkan di diskusikan terlebih dahulu
dengan pihak-pihak sponsor atau produser.
VI. SCREENING
Pada tahap ini, hasil akhir dari keseluruhan proses produksi akan
dinilai oleh semua penonton. Tidak peduli saat perencanaan di
Pra Produksi bagus, saat Shooting yang berat dan penuh
pengorbanan, hingga editing video yang dahsyat, semuanya
bermuara ke tahap ini : Screening.
Screening adalah kegiatan pemutaran karya film atau video di
tempat yang cukup luas hingga bisa diakses atau ditonton oleh
banyak orang.
Idealnya, selalu pilih gedung atau tempat tertutup yang cukup luas
karena pertimbangan akustik gedung yang bisa mensirkulasi
suara film dengan baik. Gedung atau tempat tertutup juga lebih
mudah di’sulap’ menjadi ruang bioskop yang gelap meski pada
siang hari sekalipun.
Namun jika memilih lapangan terbuka, usahakan menyewa sound
system berkekuatan minimum 3000 watts, rekomendasi saya 5000
watts. Lumens proyektor cari yang minimal 5000 atau diatasnya.
Pilih layar/ giant screen yang merupakan satu paket dengan
proyektor. Karena tipe serat kainnya lebih padat.
Selalu test materi film, putar terlebih dulu sebelum Screening
yang sesungguhnya. Hal ini agar bisa mengantisipasi kesalahan
teknis yang mungkin terjadi, seperti misalnya audio tidak keluar,
Head DVD/VCD Player kotor dll.
Semakin besar areal yang digunakan, atau semakin banyak
penonton, idealnya semakin besar pula giant screen atau layar
yang harus disediakan untuk Screening.
Apabila screen atau layar besar, saya sangat merekomendasi master edit film yang diputar sebaiknya dalam format DVD.
Sebelum memulai acara Screening, ada baiknya menyiapkan
kondisi penonton agar nyaman dan tenang. Caranya mungkin
dengan memberi sedikit pengantar tentang film apa yang sebentar
lagi akan diputar, mengumumkan nama surtdara, tim produksi dan
crew yang terlibat, menyebutkan nama donatur dll. Dengan cara
ini setidaknya penonton akan terlebih dulu tenang dan lebih
menyiapkan diri menonton karya film kita.
Demikian semoga bermanfaat, dan selamat berkarya!! ***
0 komentar:
Posting Komentar